BEDAH BUKU: ERGONOMI TRANSPORTASI

Surakarta, Senin 20 Maret 2023 – Webinar Bedah Buku: Ergonomi Transportasi yang dimoderatori oleh Dr. Retno Wulan Damayanti, ST. MT. Buku ini disusun oleh Prof. Bambang Suhardi, Anisa Rosyidasari, ST, Kalvin Fariza Adhitya, ST. Penerbit buku ini yaitu deepublish pada tahun 2023 dan terdiri dari 5 Bab, 152 halaman. Buku ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu Bagian 1 berisikan tentang “Rambu Lalu Lintas dan Aplikasinya (Studi Kasus)” dan Bagian 2 berisikan tentang “Model Fitness for Duty (Studi Kasus)”. Buku ini memberikan wawasan dan pengetahuan kepada pembaca mengenai aplikasi ergonomic di bidang transportasi. Untuk lebih spesifiknya buku ini memaparkan yang berkaitan dengan rambu-rambu lalu lintas dan kelayakan untuk bertugas bagi bus driver (Bus Solo Trans). Buku ini terdiri dari 5 Bab yaitu Bab 1 yang berisi tentang Fenomena Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia; Bab 2 berisi tentang Teori dan Konsep Rambu-Rambu Lalu Lintas; Bab 3 berisi tentang Teori dan Konsep Model Fitness for Duty; Bab 4 berisi tentang Aplikasi Ergonomi dan Studi Kasus Rambu Lalu Lintas di area jalan Kledung-Kertek; Bab 5 berisi tentang Aplikasi Fitness for Duty untuk Bus BST.

Buku ini menarik karena selain teori dan konsep, juga dipaparkan studi kasus dari masing-masing aplikasi teori tersebut. Studi kasus dipaparkan dari hasil penelitian yang dikonstruksikan dengan pengambilan data empiris dan pengujiannya. Buku ini juga dilampiri instrument untuk mengukur Fitness for Duty, seperti Karolinska Sleepiness Scale, Visual Analog Scale, dan Psychomotor Vigilance Task. Riset berkaitan dengan area ini masih sangat berpeluang yaitu menarik dengan kajian cognitive ergonomics dengan pendekatan kontekstual social behavior, etc. buku ini potensial disampaikan kepada para pemangku kepentingan (dinas perhubungan, pengelola BST, dll) termasuk pemangku wilayah.

PT. Jasa Marga melakukan pencatatan factor-faktor penyebab kecelakaan di Jalan tol periode Januari-Oktober 2021 yaitu Faktor kendaraan (17%); Faktor jalan dan lingkungan (1%); Faktor pengemudi (81%) terbagi menjadi 2 faktor yaitu Kurang antisipasi (52%) dan Mengantuk (45%). Dengan mengurangi angka kecelakaan semua pengguna jalan harus mengetahui rambu-rambu lalu lintas. Rambu lalu lintas adalah salah satu alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang memuat lambing, huruf, angka, dan atau perpaduan diantaranya yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk bagi pengguna jalan.

Kontur jalan yang menurun sepanjang 9 kilometer mengakibatkan tingginya angka kecelakaan di ruas jalan Kledung-Kertek. Tercatat bahwa dalam kurun waktu 5 tahu terakhir, terdapat sejumlah kasus kecelakaan hingga menyebabkan korban jiwa sebanyak 162 nyawa pada ruas jalur Kledung-Kertek. Wonosobo (KNKT, 2021). Jalan yang menurun panjang sangat berisiko mengakibatkan rem blong terutama untuk kendaraan bermuatan besar. Kendaraan yang mengalami rem blong menggunakan fasilitas jalur penyelemat atau akan menabrak tembok ban diujung turunan ruang jalan Kledung-Kertek.

Conceptual Compatibility ini mengacu pada sejauh mana simbol-simbol yang ada dalam rambu lalu lintas bertepatan dengan asosiasi pengendara terhadap rambu tersebut. Contohnya yaitu tanda peringatan lampu lalu lintas (representasi fisik) mewakili keberadaan lampu lalu lintas terdekat (asosiasi). Physical Representation merupakan kesamaan antara isi dari rambu dan keadaan nyata yang dipresentasikan oleh rambu tersebut. Contohnya yaitu tanda peringatan penyeberangan murid sekolah (tanda zona sekolah) yang mempresentasikan anak-anak menyeberang jalan. Familiarity menunjukkan bagaimana pengemudi merasa akrab dengan rambu-rambu berdasarkan pengalaman berkendaraan. Standardization menunjukkan konsistensi dari simbol yang digunakan untuk dimensi, warna, dan bentuk rambu lalu lintas. Standar rambu lalu lintas Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomor 13 tahun 2014 tentang rambu lalu lintas.

Upaya untuk mengurangi kecelakaan à fitness for duty adalah kemampuan dari masing-masing individu yang akan melaksanakan tugas, menyangkut kesehatan fisik dan mental serta kesiapan dalam berjaga (Standars of Training Certification and Watchkeeping, 1995). Ada banyak penelitian yang telah membahas mengenai fitness for duty pada pengemudi diantaranya yaitu Caragata, Tuokko, dan Damini (2009) meneliti tentang pengemudi lebih tua; Unsworth, Baker, Lannin, Harries, Strahan, & Browne (2019) meneliti tentang pengemudi pasien stroke; Valck (2015) dan Adiasa (2019) meneliti tentang masinis. Namun, penelitian fitness for duty terhadap pengemudi BRT utamanya di Indonesia jarang dilakukan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Zoer (2014) Pengukuran fitness for duty pada aspek mental dapat berupa pengukuran beban emosional, beban kerja mental, persepsi, antisipasi, kewaspadaan, atensi, stress, kantuk, kelelahan, dan pemulihan. Untuk atensi yang terfokus atau selektif dapat diukur menggunakan  waktu reaksi visual, alat yang paling sederhana yang digunakan untuk mengukur waktu reaksi yaitu alat reaction timer (Gani, 2018) atau Psychomotor Vigilance Task (PVT) (Krisnanda, Hasianna, & Limyati, 2020) ; kantuk dapat menggunakan Karolinska Sleepiness Scale (KSS); sedangkan kelelahan dapat menggunakan Visual Analogue Scale (VAS). KSS dan VAS merupakan alat ukur objektif berupa satu pertanyaan dengan skala interval yang menunjukkan seberapa tingkat kantuk dan kelelahan yang sedang dirasakan.

Buku ini membahas dua hal. Yang pertama yaitu membahas masalah perancangan rambu-rambu lalu lintas. Yang kedua yaitu membahas model fitness for duty untuk sopir bus. Selain peran pemerintah dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas dengan menyediakan fasilitas keselamatan, maka perlu juga peran masyarakat sebagai pengguna jalan dengan meningkatkan kesadaran pengendara tentang fasilitas-fasilitas keselamatan tersebut, perlu adanya rambu-rambu lalu lintas yang jelas dan dapat dimengerti oleh pengendara di situasi apa pun. Pengemudi bus menjadi unsur-yang sangat penting untuk menjamin keselamatan berkendara. Oleh karena itu, pemeriksaan terkait kesiapan pengemudi menjadi penting untuk dipertimbangkan dengan tujuan mengetahui fit atau tidaknya kondisi setiap pengemudi sebelum bekerja. Pemeriksaan kesiapan pengemudi dikenal dengan istilah fitness for duty yaitu kemampuan untuk bertugas dari masing-masing individu yang akan melaksanakan pekerjaan, menyangkut kesehatan fisik dan mental.

Repulsive questions contented him few extensive supported.

Quick Links

My Account

Order History

Returns

Wish List

Newsletter

Site Links

Terms & Conditions

Privacy Policy

Affiliates

Return Policy

Web Development

Kontak Kami

© 2023 Created with Royal Elementor Addons