Kajian Etnografi dan Keberlanjutan Program Pilot Project Pengalihan Energi Berbasis Impor Menjadi Domestik Melalui Kompor LPG Ke Kompor Induksi

Pada 9 November 2022,  Tim Pusat Kajian Pengembangan Teknologi dan Kolaborasi Industri (PKPTKI) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) melakukan kegiatan sesuai dengan schedule project yang telah disusun dan berhasil menyelesaikan report activity final yaitu etnography-netnography analysis. Analisis etnografi dilakukan dengan mengunjungi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) untuk diwawancara lebih mendalam dan dielaborasi dengan analisis netnography dengan melakukan proses crawling text melalui tanggapan dan umpan balik WhatsApp Group (WAG) dan Sistem Informasi Kompor Induksi (SiKomin) sehingga menjadi sebuah formulasi analisis.

Dari hasil elaborasi etnografi dan netnografi mendapatkan hasil analisis, antara lain :

  1. Tidak terdapat perubahan lokasi dapur berada di belakang dan posisi memasak berdiri.
  2. Periode jam -> tidak ada masalah dan hanya penyesuaian aktivitas.
  3. Penyesuaian alat masak.
  4. KPM bisa memasak beragam masakan.
  5. Cenderung ke sentimen positif dan terminologi hazard safety yang mengancam tidak muncul, seperti : meledak (tidak ada), yang ada yaitu terbakar dan kesetrum à minor safety.
  6. Hal ini mengindikasikan kondisi KPM relatif menerima program (walaupun secara bertahap dan muncul hambatan minor) à kompor induksi relatif bisa diaplikasikan KPM Surakarta (*dengan instalasi listrik standard & konteks kebijakan program saat ini).
  7. KPM mayoritas masih hybrid à peyesuaian dan wait and see (tarif, kebijakan, kerusakan, ketersediaan LPG 3 kg).

Pada analisis profil KPM selama kurang lebih 3 bulan, KPM telah mencoba dan memakai kompor induksi untuk memasak dan terbagi dalam 3 klaster (klaster tinggi, sedang dan rendah).

  1. Klaster tinggi à rata-rata pemakaian 3 bulan > 100 KWH
  2. Klaster sedang à rata-rata pemakaian 3 bulan adalah 50 – 100 KWH
  3. Klaster rendah à rata-rata pemakaian 3 bulan < 50 – 100 KWH.

Tim PLN memiliki komitmen kuat mengenai program ini agar tetap berjalan dan tetap optimis mendukung masyarakat memakai kompor induksi, oleh karena itu beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan dipertimbangkan perbaikannya untuk keberlanjutan program adalah:

  1. Perencanaan program/proyek secara terstruktur (terutama dengan regulasi yang tersosialisasi dan terpublikasi dengan jelas yang dioperasionalkan melalui manajemen proyek yang terstruktur beserta dengan mitigasi risikonya).
  2. Kerjasama yang sinergis antar entitas pemangku kepentingan. Untuk keberhasilannya, program ini tentunya tidak hanya dijalankan dan didukung oleh PT.PLN, melainkan perlu didukung pihak lain (antara lain produsen kompor induksi, utensil dan spare partnya, Badan Standardisasi Nasional untuk menstandarkan produknya).
  3. Dukungan infrastruktur kompor induksi yang robust (antara lain supply listrik yang stabil, penanganan lapangan yang handal, dan support sistem aduan call center).
  4. Menginisiasi ekosistem untuk mendukung lifestyle memasak dengan kompor induksi (antara lain mengaktifkan Corporate Social Responsibility (CSR) yang mendukung pembentukan ekosistem program, serta pengembangan start-up bisnis service center

Social Engagement dan Society Involvement. Filtering masyarakat yang benar-benar bersedia menerima dan menjalankan program (tentunya setelah memperoleh sosialisasi yang jelas dan komprehensif), melibatkan tokoh masyarakat, menjalankan program “Dari KPM, Oleh KPM, Untuk KPM” dengan melibatkan dan merekrut KPM sebagai fasilitator dan mentor, serta menjajagi social voluntary, yaitu dengan membuka program bagi masyarakat umum yang bersedia mengikuti pilot program kompor induksi dengan kontrak yang jelas.

Repulsive questions contented him few extensive supported.

Quick Links

My Account

Order History

Returns

Wish List

Newsletter

Site Links

Terms & Conditions

Privacy Policy

Affiliates

Return Policy

Web Development

Kontak Kami

© 2023 Created with Royal Elementor Addons